Sunday, July 5, 2020

Terinspirasi cerita anak gubuk bambu dan alang-alang

Di gubuk ini kutemukan seribu cerita, kadang tersusun dari seribu derita manusia yang terhimpun dari seribu berita. Duduk merenung, ditemani secangkir kopi hitam kental, di kala senja, sehabis waktu, kadang tengah malam hingga pagi buta. Sebaris judul, sederet pemikiran liar, segumpal masalah, beberapa hikmah, lalu kutuang setelah matang ke dalam sebuah tulisan.Di gubuk ini kutemukan ribuan kosa kata, sebanyak jalinan anyaman bambu yang menjadi dindingnya. Saling-silang dan saling menguatkan hingga cerita tertulis berlembar-lembar jumlahnya, kadang tumpang tindih dan bertumpuk-tumpuk, yang penting sebuah cerita telah terbentuk.Di gubuk ini aku sering menyendiri, berkontemplasi, kadang introspeksi, kadang sengaja membiarkan tumbuh kecambah imajinasi. Hidup semakin pelik dan ngulik. Ada saatnya akal dan logika yang telah ada gagal menjawab seribu tanya. Maka di gubuk ini kerap kutemukan jawabannya. Dalam seribu cerita, seribu derita dan seribu berita. Kadang tanpa tema, tanpa tanda baca dan tanpa tahu apa maknanya, namun yang kutahu, pasti bila saatnya tiba semua akan jelas terbuka.

  • Di gubuk ini aku berdiskusi dengan satu atau dua orang. Tentang masa depan orang kecil di desa yang selalu terbelakang, tentang permasalahan tetangga, sesekali memperbincangkan carut-marut bangsa dan negara yang tiada habisnya. Sambil minum kopi hitam kental, sepiring singkong rebus, atau beberapa mangkok mie instan hingga larut malam.

0 comments:

Post a Comment